X-ray merupakan salah satu gelombang elektromagnetik yang diantaranya adalah cahaya yang dapat kita lihat. Namun panjang gelombang dari X-ray sangat kecil sehingga frekuensi yang dimiliki X-ray sangat besar dan menyebakan energi yang dimilikinya pun sangat besar. Sinar X mempunyai ukuran panjang mulai dari 0,01 sampai 10 nanometer dengan frekuensi mulai dari 30 petaHertz sampai 30 exaHertz dan mempunyai energi mulai dari 120 elektroVolt hingga 120 kilo elektroVolt.
Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (sama dengan frekuensi dalam rentang 30 petahertz – 30 exahertz) dan memiliki energi dalam rentang 100 eV – 100 Kev. Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
Pesawat Sinar-X medis (foto Radiologi konvensional) memiliki prinsip penembusan gelombang elektromagnetik dari sumber cahaya ke tubuh manusia, lalu menembus hingga mencapai pelat film untuk menghasilkan gambar berupa citra tubuh manusia (foto roentgen).
Artikel Terkait :
- Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit
- Alat Medis Spirometer dan Fungsinya
- Deretan Alat Medis Kaca dan Kegunaanya
Cara Kerja Pemeriksaan X-Ray
Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi elektromagnetik secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam. Radiasi yang diserap oleh masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya yang membuat hasil foto x-ray menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga hitam:
- Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar partikel x-ray terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
- Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul dengan warna abu-abu.
- Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.
Amankah X-Ray
Ketika mengambil gambar tubuh dengan pemeriksaan x-ray, radiasi memang digunakan. Namun, jumlah atau tingkat paparannya sangat sedikit hingga dianggap aman untuk orang dewasa.
Kendati demikian, terlalu sering menjalani pemeriksaan yang menggunakan sinar-x berpotensi merusak DNA di dalam sel tubuh hingga meningkatkan risiko kanker di kemudian hari, meskipun peningkatan risikonya terbilang rendah. Dibanding Rontgen, paparan radiasi x-ray lebih tinggi pada CT scan dan fluoroskopi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan bahwa risiko kanker dari pajanan x-ray lebih tinggi terjadi pada:
- Pasien yang sering melakukan pencitraan medis dengan dosis besar
- Pasien dengan usia lebih muda
- Pasien berjenis kelamin wanita
Pemeriksaan x-ray juga dinyatakan tidak baik bagi anak kecil dan janin dalam kandungan, terutama jika x-ray dilakukan pada bagian tubuh yang berdekatan dengan rahim.
Hal ini karena paparan radiasi x-ray berisiko menyebabkan keguguran di awal kehamilan atau peningkatan risiko bayi terlahir cacat. Sedangkan pada usia kandungan lebih dari 8 minggu, paparan radiasi berisiko menyebabkan anak lahir dengan kondisi ketidakmampuan belajar dan masalah intelektual. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk tidak diberi penanganan menggunakan x-ray, kecuali dalam kondisi darurat.
Terkadang ketika menggunakan x-ray, dokter akan menyuntikkan zat kontras dari yodium atau barium ke dalam tubuh pasien guna meningkatkan kualitas gambar. Sayangnya, pewarna-pewarna tersebut dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti gatal, biduran, pusing, mual, risiko gangguan ginjal, dan lidah terasa mengecap sensasi logam. Dalam kasus yang relatif jarang, pewarna bahkan bisa menyebabkan reaksi parah seperti tekanan darah sangat rendah, syok anafilaksis, gagal ginjal akut, atau henti jantung.